Laman

Berbagai TIPs, CERITA, CURHAT, semua ada di sini

09 Juni 2016

Standar Ganda

Standar ganda adalah ukuran standar penilaian yang dikenakan secara tidak sama kepada subjek yang berbeda dalam suatu kejadian serupa yang terkesan tidak adil.
-Wikipedia

Double standards: only bad when they apply to me
-Tulisan di kaos nemu di Google

Standar ganda = munafik
-Nemu disalah satu Wordpress

Ketika orang lain boleh, saya engga, orang lain dibiarin, saya disalahin, orang lain diwajarin, saya dibenciin.
-Curhat penulis

SMA kelas 12 kemaren pernah ngerasain jadi korban standar ganda dari beberapa temen. Kita semua tau kelas 12 isinya udah beda bukan lagi main-main kayak kelas 11, bukan lagi adaptasi sama lingkungan baru pas kelas 10, kelas 12 udah lebih mikirin ke sekolah selanjutnya alias (umumnya) kuliah, atau beberapa ada yang ke sekolah kedinasan. Buat ke perguruan tinggi negeri (PTN) bisa lewat tiga jalur: SNMPTN, SBMPTN dan mandiri. Nah anehnya, di jalur SNMPTN ini sering banget distandargandakan sama beberapa orang.

Contohnya nih (contoh doang ya), ada salah satu murid yang dari awal terkenal pingin jadi pilot. Gegara kepinginannya (jadi pilot) itu, hak dia untuk daftar sekolah ini dan itu (universitas, institut, dll) kayak didiskriminasi sama temen-temennya. Dia (kata temen-temennya) ga berhak daftar SNMPTN dengan alasan karena akan ngambil jatah orang lain yang lebih berhak (kalo dia keterima). Dia akan ngabis-ngabisin kuota (kalo dia keterima).

Jujur, itu sangat-sangatlah memuakkan.

Come on guys, be respectful to others rights.

Yang namanya daftar sekolah itu hak tiap orang. Jangan lu halang-halangin.

"Dia kan ga niat buat daftar di situ, dia daftar SNMPTN cuma buat cadangan kalo pilot nya ga keterima."

Oke, kalo itu yang jadi alasan kalian, faktanya:

Setelah setahun nganggur ini (ga kuliah ga apa), ternyata saya jadi bisa liat kalo sesungguhnya kita ini hidup penuh dengan menguji nasib. Buktinya, temen-temen yang udah daftar SBMPTN, mereka beberapa ada yang jaga-jaga daftar mandiri juga. Lah, sekarang bedanya apa? Kalian bilang ke kita, para pendaftar sekolah kedinasan, kita ga boleh ikut daftar kuliah kalo alasannya cuma buat jaga-jaga sekolah kedinasannya ga keterima. Anehnya.. justru kalian yang malah melakukan hal yang kalian larang tadi.

Tahun 2016 ini SBMPTN nya tanggal 31 Mei 2016, terus beberapa hari setelahnya ada mandiri UGM (Utul UGM). Sekarang gini aja, kalo emang ga boleh ngambil jatah orang lain, ga boleh hak orang lain diambil, seharusnya kalo udah daftar SBMPTN (*misal pilihannya: ITS, Unair) berarti itu doang yang kalian boleh lakukan, ga boleh kalian ikut-ikut ngambil jatah orang yang udah siap-siap buat masuk UGM lewat utul UGM, atau masuk UI lewat simak UI. Lagian kalian daftar mandiri tujuannya apa? Jaga-jaga kalo SBMPTN nya ga keterima? Sama kan kayak yang daftar sekolah kedinasan, mau daftar SNMPTN pasti karena buat cadangan kalo sekolah kedinasannya ga keterima.

Intinya ada standar ganda di sini. Banyak dari kita yang butuh kesadaran akan hal ini. Orang Indonesia mungkin memang masih kurang dalam hal respecting atau menghormati hak orang lain. Kita masih terlalu egois. Sebenernya sedih juga karena standar ganda ini keluarnya ada dari beberapa orang-orang yang terkenal kalo ngomong intelek dan keliatan bijak. Seharusnya punya kelebihan "keliatan intelek dan bijak" itu diimbangi dengan ilmu yang memadai, supaya yang keluar bukan statement yang menyesatkan. Karena kalian yang jago ngomong intelek dan keliatan bijak itu punya daya tarik yang tinggi di mata orang lain, betul? Buktinya banyak orang yang main setuju-setuju aja ketika orang-orang itu udah ngomong.

Oke guys, semoga setelah ini kita bisa hapuskan standar ganda standar ganda yang ada di hidup ini. Adil, bijaksana, dan cerdas.

See ya ✋~

Share

01 Juni 2016

Terkenal atau Dikenal?

Dua kata yang punya arti sama atau beda?

Kalo dipikir secara umum mungkin sama. Karena dari sudut pandang umum, kita bakal mikir 'terkenal' sama 'dikenal' itu adalah kondisi di mana orang/orang-orang lain tau kita.

Tapi dari sudut pandang spesifik dan pendapat pribadi... totally different.

I've been in both sides. #curhatdimulai #edisigeer #soksokan

..according to me, ketika lu ngerasa terkenal, it leads you to a wreckness, sedangkan kalo lo ngerasa dikenal, berarti gampangannya anda masih ada di zona aman.

#aduhsusahjelasinnya

Dengan kata lain: terkenal is the negative side, hence, dikenal is the positive side (IMO).

Terkenal itu enak, karena seengganya kita punya rasa bangga orang-orang tau kita. Tapi ternyata enaknya terkenal itu sepaket sama ga enak. Karena.. dengan orang-orang tau kita, itu juga berarti kita harus siap dengan tekanan yang akan datang ke kita.

"Terkenal" itu juga identik dengan banyak orang (yang tau kita). Beda dengan "dikenal", yang lebih identik dengan jumlah sedikit atau beberapa orang aja yang tau kita.

"Terkenal" itu ga bebas. Semakin banyak jumlah orang yang tau = semakin sedikit ruang untuk bergerak (teori dari mana inii).

"Terkenal" itu menuntut untuk selalu baik, padahal manusia ga ada yang sempurna. Kok bisa menuntut untuk selalu baik? Ya bisa. Kalo kita keliatan memalukan dalam keadaan terkenal, adanya jadi bahan omongan. Elu terkenal sesekolah ternyata dapet nem jelek apa ga malu. Elu terkenal sesekolahan ga dapet jalur undangan, siap-siap diomongin kalo lo famous tapi bego. Elu terkenal sesekolahan ga dapet sekolah selanjutnya yang bagus, siap-siap keterkenalan tadi hanyalah bullsh*t.

I'd rather be a 'dikenal person' instead of 'terkenal person'. Kalo bisa diliat, saya "udah berhasil" menjadi dikenal person, atau mungkin malah ga pake kata 'dikenal' alias ordinary person aja. Yap, saya ga terkenal, dikenal juga ga seberapa, I am an ordinary guy now (for me).

Dan alhamdulillah hidup ini jadi ga penuh pressures yang ga seberapa penting. Mungkin pressure ada tapi itupun karena memang seharusnya ada. Now I don't have to be afraid of something. I don't need to compete to the others. Saya emang sempet kehilangan kepercayaan diri, alias jadi minder, itu saat tahun lalu memutuskan ga melanjutkan sekolah entah itu kuliah atau sekolah apa setelah lulus SMA karena ingin mempersiapkan Akpol tahun depannya setelah tahun 2015 kemarin gagal. Keminderan itu ya berupa bertemu dengan teman-teman yang sudah berstatus punya sekolah baru, tapi untungnya dengan ga terlalu mem-publish-kan diri saat SMA, mungkin hanya beberapa aja yang wondering saya ke mana abis lulus, alias tekanan-tekanan itu berkurang jika dibandingkan dengan diri saya yang dulu. #geer

Well bahasa saya memang membingungkan, terlalu banyak hal tersirat yang membuat kalian harus berpikir maksud dari tulisan tersebut. #eheheheh

So that was my opinion about the difference between terkenal and dikenal. Thank you so much for whoever reading thiss. ✌

Share

Social Media

Some of my friends wondering, kenapa saya ga punya path, ga bikin sc (snapchat), ga buat socmed-socmed yang lagi booming??

Ga ngerti cara makenya? Ndeso???

Basically ini soal pengalaman aja sih.

Jadi tahun-tahun 2009 ke atas kita dikenalkan sama kalimat "social media", yang mungkin munculnya karena adanya Facebook (Friendster duluan sih tapi ga se-hits Facebook). Kemudian masuk tahun 2010 ke atas, kepopularitasannya sempet diambil sama socmed baru yang ga kalah asik, Twitter. Saya salah satu orang yang tahun 2010-2011an beralih dari Facebook ke Twitter, #curhat. Terakhir ditahun (ga tau tahun berapa, mungkin 2013an ke atas baru booming) orang-orang pindah lagi ke socmed baru, namanya path.

Jadi kira-kira fase orang Indonesia dalam ber-socmed adalah Facebook--Twitter--Path. #SampekNgertiYa #wkwkwk

Terus ada lagi yang lucu, di antara perpindah fase-fase itu, remaja Indonesia sempat menyelipi dengan ngejudge ngejudge anak ini alay anak itu alay. Contohnya:
●Anak Fb barusan pindah ke Twitter: anjir alay banget anak facebook statusnya panjang-panjang pake nomor lagi tulisannya
●Anak Twitter pindah ke Path: hari gini masih buka Twitter ama Facebook ndeso amatt ga update luh. (padahal apa yang di-update di Path di-share juga ke Twitter...)
●Anak Facebook yang udah lama di facebook (jadi bijak-bijak sendiri karena yang alay udah tobat dan diganti dengan orang-orang tua): yaelah, kenapa sih orang Indonesia ini, ada socmed baru harus bikin, ada socmed itu harus bikin, terus bangga lagi cuma bagian make doang tapi pake ngejek-ngejek socmed lain alay...

*true story???*

Jadi gini, sebenernya apapun social medianya, yang penting itu kitanya make itu buat apa. Kalo orang normal sih make social media ya buat dapetin info. Nah, di Facebook yang katanya alay itu ga sepenuhnya alay kok, kita bisa ngelike page-page dengan post-post berkualitas yang bisa bikin beranda/timeline kita update info yang kita pinginin. Lagipula.. ketika orang Indonesia sibuk nge-highclass-kan diri dengan ngomong fb alay, ternyata di negara-negara maju, masyarakatnya pada masih mainan facebook, mereka ga asal semua social media harus punya,karena bagi mereka: producing>>>consuming...

Ohiya, Twitter juga sama, bisa kok ngeunfoll akun-akun mati alias udah ga ngetweet, dan diganti dengan ngefollow akun-akun dengan tweet-tweet seru + informatif, supaya TL-nya asik diliat walopun kitanya udah ga ada hasrat ngetweet apa-apa lagi. Bisa juga yang suka bola ngefollow akun klub kesayangannya atau akun fanbase-fanbase bola buat dapetin info seputar klub tersebut.

Itulah alasan kenapa memutuskan ga buat Path. Karena Facebook dan Twitter sebenernya udah cukup kok buat dapetin info-info itu. Ya memang sih (secara umum) Path fitur nya ga sama persis kayak Fb/Twitter, karena dia bisa bikin orang lain tau kita lagi dengerin lagu apa, kita lagi nonton film apa, sama siapa, kita lagi di mana, kita abis ngapain, dsb.

Tapi ya ngapain?

Beberapa waktu ini orang Indonesia dihadapkan dengan satu kata yang udah ga baru tapi barusan ini hits yaitu "Pencitraan". Ya, everyone hates it, pencitraan artinya negatif, kalo diartiin kasarannya adalah orang yang sok-sokan nunjukin kegiatan baik di depan orang-orang.

Lucunya..

Orang Indonesia benci pencitraan, tapi kelakuannya juga pada pencitraan. Di Path kenyataannya yang ditunjukin yang bagus-bagus doang, mana ada orang abis nonton bokep terus update 'watching blabla.3gp', pasti yang ditunjukin model-model nyetel lagu keren (bagi mereka keren), update abis nonton ama pacar (nonton ama selingkuhan ga di-update..), update check-in di hotel, di airport, tapi pas lagi boker di wc ga di-update...

Terus tadi di awal-awal sempet ngomong "pengalaman". Nah yang dimaksud pengalaman sendiri adalah pengalaman selama menggunakan facebook dan twitter. Both are addicting banget, akibatnya bikin ga bisa lepas, wasting time juga, dan itu semua ga baik. Akhirnya ya udah, karena ga mau bikin kesalahan yang sama, jadi ga buat path.

Based on the experience, yang namanya waktu lagi dibuat ketagihan sama twitter itu, I was like.... abis gini gitu harus dibuat tweet. Abis ngeliat sesuatu di jalan pas pulang sekolah, sampe rumah harus nyeritain itu. Abis pengalaman ini nge-tweet, itu nge-tweet, semua deh pokoknya abis ngapain aja langsung selanjutnya kepikiran buat di-tweet. Alhamdulillah untungnya waktu itu sempet kayak galau abis dapet masalah (waktu SMP) dan gara-gara masalah itu jadi ga mau buka twitter lagi sampe akhirnya sebelum lulus SMP baru dibuka lagi. Berkat itu rasa ketagihan sama nge-tweet ilang, sekarang abis apa-apa ga ada kepikiran selanjutnya nge-tweet. Jadi ga ketergantungan. #parah

Jadi itu semua adalah alasan atas pertanyaan-pertanyaan dari beberapa temen-temen sekalian. Maafkan juga kalo mungkin kadang menyulitkan kalian pas lagi pingin nge-tag nama jadi ga bisa karena ga punya akun nya jadi kalian harus nulis manual. #geerabis

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat kita semua karena sesungguhnya ini bener-bener bukan bermaksud yang engga-engga, bukan buat sarcasm, bukan lagi hate-speech ke socmed tertentu, hanya untuk penjelasan alasan dan pemikiran aja sebenarnya.

Ohiya terakhir, sampe detik ini dengan ga punya path masih bisa idup kok (bukannya persuading loh..), dalam arti ga ketinggalan berita apa-apa, karena pada dasarnya, semua socmed gunanya sama, untuk mendapat info seputar aktivitas sosial di luar sana.

Thank you !

Share