Laman

Berbagai TIPs, CERITA, CURHAT, semua ada di sini

07 Maret 2019

Indonesia Krisis Menghargai(?)

Belakangan ini kalo gue perhatikan dan gue pikir-pikir, kenapa sih Indonesia ini ga maju-maju (lebih tepatnya sedang dalam proses maju, iya proses).

Mungkin salah satu problema utamanya ada di kualitas sumber daya manusia/SDMnya.

Menurut gue, masih banyak dari kita yang kurang dalam hal menghargai pendapat orang, khususnya pendapat minoritas.

Pendapat minoritas ini setelah gue telusuri ada dua (2)... yang pertama, *ibarat dalam sebuah forum*, pendapat yang lu kasih itu beda sendiri dari kebanyakan orang, akhirnya pendapat lu ga dihargai malah dianggep pendapat ecek-ecek (kalo jaman now bilangnya kaleng-kaleng..), yang kedua, bisa diartikan pendapat minoritas karena orang ngasih pendapat tersebut adalah orang yang ga seberapa dikenal pada forum tersebut, jadi ga ditanggepin juga pendapatnya...

Selama gue jadi taruna, gue pernah mendapat perkuliahan atau semacam kelas khusus yang membahas tentang kepemimpinan. Bahkan kegiatannya sampe ada outbond-outbondnya segala, bikin learning point dsb. Nama kegiatannya adalah Management Training (yang sering salah disebut menjadi management training level, padahal seharusnya ga perlu dicantumin kata levelnya..). Di kegiatan tersebut sering banget ngebahas apa sih bedanya pemimpin vs manager... yang intinya keduanya memang dapet wewenang untuk memimpin, tapi yang membedakan, pemimpin ikut turun ke lapangan memberi tauladan, beda dengan manajer yang sekedar memberi perintah kepada anak buahnya. Selain itu juga diberi perbandingan, kalo pemimpin itu menerima pendapat para bawahannya untuk kemudian disaring, sedangkan manajer menggunakan pendapatnya sendiri untuk kemudian dijalankan oleh para bawahannya.

Di sini yang mau gue analogi kan dengan beda pemimpin dan manajer tadi adalah, orang-orang Indonesia harus punya jiwa pemimpin tadi. Menurut gue, dengan adanya hal-hal seperti Managemen Training, seharusnya membuat orang Indonesia jadi ga egois. Jadi apabila belum dirundingin belum diapain sebelumnya sama organisasi, ya jangan main ngejalanin kehendak sendiri. Selalu berusaha untuk mengumpulkan ide-ide atau gagasan terlebih dahulu ditambah ide pribadi sebelum memutuskan sesuatu, mau itu pendapat dari si A kah, B kah, Z kah, mau dia mungkin terkenal kurang pinter, ga ganteng lah dsb, pendapatnya dinilai ecek-ecek lah, ga ada salahnya kok untuk menampung aspirasi-aspirasi tersebut terlebih dahulu lalu dirundingkan untuk dapet hasil keputusan terbaik..

So.. gue berharap orang-orang Indonesia ke depannya lebih memperhatikan lagi masalah penghargaan, ke apapun itu, khususnya penghargaan terhadap pendapat orang. Apapun diri lo saat ini, ga akan merendahkan derajat lo apabila lo menghargai pendapat orang👍

Share

30 Desember 2018

Ever wonder about my type of girl??

Ketika ada orang yang nanya (padahal ga ada yang nanya), tipe cewe gue kayak apa, sebenernya gue banyak ga bisa jawabnya

Tahun lalu gue ketemu sama seseorang cewe di salah satu hotel yang ada di Malang, waktu itu dalam rangka acara silaturahmi korps jatim, dan di situ gue bisa ngobrol sama orang yang baik dalam menjawab pertanyaan, ramah, cantik, tapi ada dua kendala: beda keyakinan dan lebih tua.

Tapi bagi gue itu cewe bisa mendeskripsikan tipe cewe gue seperti apa, saat itu..
(di luar dua kendala tadi loh)

Setelah gue move on, (iya, gue sempet mikirin cewe ini terus, baru bisa move on ketika gue udah balik Akpol, tau sendiri kan ketika lu masuk situ sebagian memori lu tentang dunia luar akan tiba-tiba lupa, terlebih lagi kalo lu deketin cewe, bisa-bisa lupa lu kalo lagi deketin cewe..), gue kembali lagi bingung menentukan tipe cewe seperti apa

Kemarin gue sempet ngadep Kapolsek Tegalsari. Gue dapet wejangan panjang banget, tentang Polisi korup, korupsi ada 2: corruption by need and corruption by greed, kunci selamat, sampe ke cewe.

Beliau ngingetin, empat kriteria cewe menurut Rasul yang patut dijadikan pasangan:
1. Cantik
2. Kaya raya
3. Berpendidikan
4. Sholehah..
Namun beliau juga berkata, kalo cewe dengan empat kriteria tadi, sangat-sangat jarang bisa ditemukan...

Tapi, sejarang-jarangnya kita menemukan cewe dengan empat kriteria tadi, minimal kita dapet cewe dengan poin ke-4... kata beliau

"Kalo kalian cari yang cakep doang, kasian kaliannya, nanti makan ati, cewe mu diliatin cowo lain terus, lagian, cewe-cewe cakep itu banyak, yang jaman now lah, yang modis lah, yang nganu lah.." *seketika gue inget Instagram dengan segala ke-fake-annya..

Di Instagram itu buanyak yang cakep kalo diliat, entah gue sampe bingung kenapa, mungkin karena efek kamera, ato emang dasarnya cantik. Tapi saking banyaknya cewe cantik di Instagram, malah jadi b aja ga sih ngeliatnya? (Ini gue nanya)

Tapi memang tetep, ada beberapa yang cantiknya "beda", gue seperti lama-kelamaan mulai tau mana cewe yang menjadi tipe gue (haha).

Baru-baru ini gue ngeliat foto di Instagram, iya instagram.. dan dari situ gue bisa menilai orangnya. Memang sih kita dikasih tau untuk tidak menilai orang dari sekedar foto, karena mostly itu semua adalah (mohon maap) fake.. tapi ada beberapa orang yang menurut gue bisa kita lihat dari fotonya "oh orang ini baik hatinya" "oh orang ini pure.." "oh orang ini tulus diliat dari caranya senyum".. "oh orang ini ga ada kelicikan di dalam dirinya.."

Entah kenapa gue semacam punya ability untuk tau orang ini baik atau orang ini suatu saat bisa jahat dari sekedar melihat cara berfotonya..

Dan gue akhir-akhir ini suka liat cewe yang senyumnya itu ceria dan ga ngeliatin ada kejahatan di dalam dirinya (et dah susah juga ngejelasinnya wkwkwk), pokoknya senyumnya terlihat ceria, pure, tanpa terlalu dibentuk banget aka "direncanain sebelumnya" dll..

Hanya itungan jari bisa menemukan cewe seperti itu (ini menurut apa yang gue temukan ya, kembali lagi ke kalimat gue tadi di atas kalo cantik dll itu relatif, bisa jadi melalui temuan orang lain cewe seperti itu juga banyak)

Sayangnya, cewe-cewe seperti itu juga susah untuk dikenalin😅, kata "susah" di sini bukan karena orangnya tidak mau, tapi lebih karena lingkungannya yang 'tidak mendukung' dsb yang bikin diri gue minder untuk bisa berkenalan..

Tapi sisi positifnya, gue jadi termotivasi untuk jadi orang baik yang berprestasi untuk bisa mendapatkan yang baik dan berprestasi juga

Mulai sekarang gue harus bisa jadi Taruna yang baik yang bisa jadi panutan, rendah hati dan berprestasi. Minimal dengan dibuktikan dengan ranking gue, kalo bisa masuk 10 besar 😅. Sejauh ini gue baru bisa mencapai 25 besar dari 310 taruna seangkatan (wkwk), dan di tingkat 3 ini berat rasanya bisa pertahanin atau bahkan ningkatin ranking. Jadi bismillah, banyak-banyak berdoa saja..

Oya untuk siapapun yang baca ini, sedikit motivasi dan untuk melatih positive thinking kita. Kalo kita menginginkan sesuatu, tapi kita ga mendapatkannya, positive thinking aja, mungkin Tuhan lagi menyelamatkan kita, karena kita ga tau, kalo kita dapetin hal tadi, bisa aja (mungkin) buruk buat kita..

👌

Share

Leader

Setelah sekian lama ga ngepost akhirnya ngepost lagi. Kayaknya terakhir nulis di blog tahun kemaren, di cuti natal dan tahun baru. Sekarang gue nulisnya tahun depannya, di cuti natal tahun baru juga. Haha

Sebenernya banyak yang mau gue tulis, cuma terkendala sama waktu, momen, sama satu lagi... mager. 🤣

Jadi sesuai judulnya, "Leader", gue di sini mau bercerita tentang pendapat gue ataupun hal-hal yang gue udah dapet selama jadi Taruna, karena Taruna identik dengan calon pemimpin Polri masa depan..

Gue orangnya.. suka jadi leader. Sayangnya, gue jarang dapet kesempatan itu.. (jadi leader).

Kelebihan gue adalah ketika gue diberi kesempatan untuk jadi leader, (contoh kemarin waktu latja a.k.a. latihan kerja pas jaman sersan atau tingkat 2, gue ditunjuk jadi danpok/komandan kelompok latja polrestabes bandung) alhamdulillah gue mau mengerjakan tugas itu dengan baik dan totalitas (atas penilaian gue sendiri wakakakak ga deng). Gue emang suka kalo gue bisa diberi kewenangan untuk membuat keputusan, terlebih lagi kalo di lingkungan yang gue pimpin itu orang-orangnya ga ada orang ambis(ius), orang-orang yang udah ada pimpinannya ngasi tau "rencananya begini yaa" tapi sama dia malah ga setuju akhirnya nambah-nambahin plan supaya keliatan menonjol dan akhirnya ga berjalan dengan baik... pokoknya pengalaman kemaren gue latja, anggota-anggota (temen-temen gue sendiri) yang jumlahnya 19 orang orang itu pada enak-enak semua diajak kerjasama, ga nyusahin ga ngeribetin, jadi berjalan lancar lah selama pelaksanaan latja.

Ketika gue kelas 6 SD, gue sering banget ngeliat orangtua gue sibuk, karena waktu itu bokap lagi dapet jabatan yang lagi bagus-bagusnya, di Kota Surabaya tepatnya Surabaya selatan, yang bikin sampe sekarang keluarga gue tinggal di Surabaya.. (#sejarahnyabegitu #iyesgueemangbukanwargasurabayaasli). Dari kesibukkan itu gue banyak belajar tentang etika, kesopanan, totalitas bekerja dll. Ga usah yang Polki (polisi laki-laki), polwan-polwan itu ketika telfonan sama nyokap gue mereka memakai bahasa yang sopan banget, di situ gue pertama kali belajar menggunakan kata-kata "mohon ijin" dan "siap" dari mereka, jadi bukan dari Akpol gue terbiasa dengan kata-kata itu, tapi gue udah tau dari sebelum-sebelumnya 😁.. Kemudian soal totalitas bekerja, gue belajar dari orangtua gue, beliau ga masalah berkorban uang pribadi untuk kepentingan organisasi (malah terkadang untuk kepentingan individu/orang lain juga, contohnya untuk kepentingan pimpinan). Berkorban di sini contohnya, ketika ada tamu penting misalnya selevel presiden, berkunjung ke Surabaya buat ketemu pimpinan level provinsi (Kapolda, Gubernur dsb), sebagai penerapan totalitas bekerja ya harus rela nyiapin tempat pertemuannya di mana, nginapnya di mana, transportasi, pengamanan pengawalan dll, dan itu semua perlu uang.. entah nantinya akan diganti atau engga yang penting jalani dulu tugas dengan baik, pimpinan terlihat baik di mata Pak Presiden (misalnya) dan masyarakat juga... Hal itu alhamdulillah jadi pelajaran buat gue dan gue terapin ketika gue jadi danpok latja kemarin, waktu pembuatan 'produk' latja yang membutuhkan duit buat ngeprint dll. Karena yang namanya komulir uang waktu itu susah, ada yang alasan ga pegang duit, duitnya kegedean, lagi ga di tempat dll, jadi saat itu gue ga mempermasalahkan kalo pas itu pake uang pribadi dulu. Perkara nanti pada baik mau ngebalikin duit gue masalah belakangan, yang penting Taruna latja Polrestabes Bandung bisa terlihat bagus baik pelaksanaan latja maupun pengerjaan tugas. Di situ gue meniru apa yang udah gue pelajarin dari kehidupan orangtua gue masalah bekerja..

Kelemahan gue.. gue orangnya terlalu nunggu momen banget. Gue bukan tipe-tipe "penjemput bola", yang kalo diartikan berarti gue ambis pingin jadi leader, terlalu menonjolkan diri, gue bukan tipe yang seperti itu.. ya kalo gue dipilih jadi komandan kelompoknya baru deh gue bisa nunjukin kualitas, tapi kalo ga ditunjuk gue (mostly) cuma bisa pasrah... 🙄🤣

Tapi di sisi lain kelemahan itu.. gue bangga sama diri gue sendiri, karena setiap gue dipimpin sama orang lain, gue konsisten, konsisten dalam arti begini, gue ga suka ketika gue mimpin, di situ ada orang ambis yang bisa ngerecokin apa yang udah direncanakan sebelumnya, ya sebaliknya gue juga konsisten menerapkan itu dengan ngga mau ngerecokin apa yang udah direncanain sama pimpinan saat itu. Gue rela ngejalanin perintah (meskipun itu temen satu letting gue sendiri), selama dia yang jadi pimpinannya.. karena bagi gue itu supaya pekerjaan kita terlihat profesional di mata orang dan pekerjaan berjalan sebagaimana mestinya.

Bukan berarti gue tipe yang tidak mau mendengarkan saran anggota loh ya, bukan.. justru setiap ada saran pasti gue terima dengan baik, cuma.. sikap-sikap orang yang keliatan banget ga mau kalah, yang mau terlihat menonjol dalam satu kelompok itu lah yang menurut gue akan bikin hancur suatu kelompok.

Btw, setelah gue perhatikan-perhatikan, ini ga cuma di lingkup Akpol, tapi di lingkup dunia kerja, kalo masih banyak orang-orang berkualitas yang disia-siakan. Istilahnya kalo di kepolisian ", di-anjak-kan". Padahal orangnya baik, pure, ga korupsi dll. Tapi justru seperti tidak dipandang, ga terpakai dsb... kalah dengan orang yang sebenernya b aja, tapi pinter ngomong, link banyak dsb..

Semoga saja, suatu saat Indonesia bener-bener terjadi perubahan, harus dirombak dari segi manapun, baik SDA apalagi SDM...

#revolusimental

Share

31 Maret 2018

Kotak-kotak

Kotak-kotak itu setau gue artinya adalah keadaan di mana orang mengelompokkan diri menjadi bentuk kelompok masing-masing.

Contohnya dalam sebuah SMA akan terbentuk kelompok anak mau gahol tapi jatohnya jadi nakal, ada kelompok lurus-lurus aja orangnya, ada kelompok pinter, ada kelompok gamers, bahkan juga tidak menutup kemungkinan sebuah kelompok di SMA bisa terbentuk berkat "pernah sekelas bareng".

Gue orangnya entah kenapa justru menghindari itu. Ya ga selalu setiap saat gue menghindarinya, tapi seringnya gue begitu, hanya di kelompok tertentu aja yang mungkin gue ga seberapa masalahin masalah kotak-kotak.

Di Akpol ada yang namanya "Kor", berasal dari kata "Corps" kalo pake bahasa inggrisnya, yang kemudian kalo di-bahasa indonesia-in jadinya "Korps" tapi kami lebih sering menyebutnya dengan menghilangkan huruf 'p' dan 's'. Kor itu semacam... "bagian", dan bagian di sini menunjukan daerah masing-masing Taruna. Umumnya daerah si taruna ditentukan berdasarkan asal pengiriman si taruna. Tapi ada juga fenomena-fenomena di mana Taruna A dari pengiriman Kalimantan (misalnya) memutuskan untuk meng-kor-jatim-kan diri karena dia sebenernya memang asli Jatim, hanya saja daftar Akpol lewat Kalimantan karena kebetulan bokapnya dinas di sana pada saat itu.. (misalnya).

Gue sendiri pengiriman Jatim, dan gue juga Kor Jatim. Tapi...

Umumnya taruna akan dekat dan mengotak-kotakan diri dengan bentuk Kor-nya masing-masing. Tapi gue justru ga seberapa kayak gitu. Gue jujur ga terlalu sukuisme orangnya, artinya gue ga terlalu suka "jatim jatim semua" "jabar jabar semua" "kalteng kalteng semua", gue lebih suka kalo kita semua membaur, semua jadi satu. Entah mungkin beberapa orang setuju kalo gue kayak gini, tapi sebagiannya lagi juga mungkin menganggap gue aneh dengan bertingkah seperti itu. Itu up to kalian aja sih.

Jadi kenapa sih gue seperti itu orangnya, jawabannya.. ya ga tau juga sih. Tubuh gue ga tau kenapa kayak terancang aja buat jadi kayak gitu. Share

16 Februari 2018

When You Love It, but You Can't Have It

Dimalam IBL gue kali ini mau gue pake buat nulis. Karena laptop alhamdulillah udah bener, udah ga lemot lagi, jadi asik buat dipake. ( eh dipake(?) )...

Jadi ini soal cewek. Cewe yang gue kenal karena pesta kor waktu cuti natal dan tahun baru kemaren yang gue dapet dari tanggal 22 Desember 2017 - 5 Januari 2018.

Acara pesta kor gue kali ini diadain lagi di Kota Malang.  Kita 1 kor berangkat dari Akpol ke Malang pake bis. Acaranya di Ijen Suites Hotel Malang.

Singkat aja, gue waktu itu kelamaan ganti baju di kamar, gue dapet kamar waktu itu di lantai.... lupa, pokoknya di atas. Akhirnya gue telat buat turun ke acara pesta kornya. Alhasil gue dapet duduk di belakang, karena kursi-kursi di depan udah pada diisi. Tapi duduk di belakang justru bikin gue bisa merhatiin salah 1 cewek dari deket situ. Dia perwakilan Kakang-Mbakyu yang diundang ke acara pesta kor gue waktu itu. Kalo ga tau kakang-mbakyu, itu sejenis sama "abang-none" yang ada di Jakarta, sedangkan kalo di Surabaya sebutannya "cak-ning".

Sebenernya ga nyangka juga sih awalnya pesta kor bakalan sampe ada kakang-mbakyu nya gini. Karena di acara pesta kor sebelumnya ga ada begituan. Mereka kalo ga salah ada 4 pasang, tugasnya nerima dan nyambut tamu.

Kursi yang gue dudukin ini tempatnya ada di belakang, deket banget sama pintu masuk utama. Dan waktu itu ada salah satu mbakyu yang berdiri di deket pintu, lagi dalam posisi nyambut tamu. Waktu itu ga tau kenapa gue terdorong buat beraniin diri kenalan sama dia, padahal ga pernah kenalan sama cewe dengan langsung sebelumnya..

Gue samperin dia, hal yang gue lakuin pertama adalah bilang "mbak.. mbak mbakyu malang ya?"

untungnya ga dijawab "iyalah goblok, udah jelas-jelas juga ada tulisannya"

tapi dijawab "iya mas, saya perwakilan kakang mbakyu malang.."

gue jawab "ohh, gitu... hehe" ((bingung mau lanjut ngomong apa))

dijawab lagi sama dia "mas mau daftar juga?"

"waduh, saya sih udah ga bisa mbak" "eh kalo ikutan begini itu pasangannya dipilih berdasarkan apa ya?"

"oh kalo itu biasanya karena tinggi aja sih mas"

"ohh, eh iya salam kenal ya mbak" *jabat tangan*

well kalo ditulisin susah sih untuk nyamain sama suasana yang bener-bener terjadi waktu itu. Yang jelas, obrolan waktu itu... gue ngerasa menemukan cewe yang gue cari selama ini.

Entah kenapa lawan bicara gue waktu itu baik, baik banget. Ga jual mahal, ga jaim, ga sok-sokan ngehindar dsb. Itu cerminan cewe yang gue suka. Bahkan disaat gue udah stuck, dia mau gantian bikin topik.

Tapi sepanjang obrolan kita waktu itu, gue harus terima dua hal: dia lebih tua dari gue setahun, dan... dia beda agamanya sama gue.

Untuk hal yang pertama disebut mungkin ga terlalu menjadi masalah, tapi hal yang kedua..

Setelah gue tau kita beda keyakinan, obrolan gue ke dia waktu itu jadi perlahan-lahan berkurang semangatnya. Karena gue tau "ini ga akan bisa"..

Setelah kenalan itu gue pulang ke Surabaya dengan udah ngefollow akun instagramnya wkwk (pas kenalan bukannya gue minta id line nya malah akun ig nya wkwk). Sepanjang jalan ke Surabaya entah kenapa masih terngiang-ngiang pikiran gue abis kenalan sama dia.

Malemnya follow-an gue diacc (karena akunnya lagi diprotect) dan juga langsung difolback, gue langsung DM dengan modus bilang "kirain ga bakalan diaccept.. makasih ya udah difolback"

dia jawab "wkwk iyah samasamaa"

jawabannya itu ga pelit huruf, ga cuek, ga yang ngeselin lah pokoknya. Gue suka banget yang begitu. Dan ternyata emang chat-chat selanjutnya emang enak banget kalo ngechat.

Tapi sayangnya chat itu cuman bertahan 3 hari, setelah itu entah kenapa chat gue semacam sengaja ga diread. Mungkin karena memang dia tau kalo emang ga bakalan "bisa" juga pada ujung-ujungnya.

Gue mencoba untuk cuek aja chat gue ga diread. Chatnya emang ga diread, tapi anehnya setiap snapgram yang gue bikin selalu diliat ama dia. Ya udah gue pake kesempatan aja gue upload foto-foto gue yang pas keren supaya diliat dia bueheheh. Ternyata emang diliat semua, tapi ga ada hasil, tetep ga ada jawaban.

Sepanjang cuti, gue dibikin "naksir tapi ga bisa ngapa-ngapain" sama dia. Gue cuman bisa ngeliat foto-foto di ignya, beberapa di Facebook, Twitter, terus gue liat comment-comment-an ig nya. Dari situ gue bisa nilai anak ini emang baik, dari gaya bahasa tulisan dia gue bisa liat kalo dia orangnya baik.

Bener-bener dilema sih, udah tau ga akan bisa jadi juga, tapi masih naksir. Pikiran saat itu "seengganya dijadiin temen".

Chat pun tetep ga dibales. Sampe cuti udah mau selesai pun hasil masih nihil. Tapi, di penghujung cuti kemarin, tanggal 4 Januari 2018 jam 20.45 gue beraniin buat chat dia lagi, karena pikir gue 'ah kalo ga dibales lagi juga seengga nya gue abis ini masuk Akpol ga liat hp lagi jadi ga sakit-sakit ati banget, udah bomat, chat aja'.

Gue chat dia dengan tulisan.. "aku boleh ngobrol bentar ga? .. sebelum besok udh balik akpol ga bs pegang hp lg .. tp klo km sibuk ya udh deh gapapa"

jam 21.08 dia bales "omg sedih bgt katakatanya?? .. wkwkwk .. ngobrol apaa"

setelah itu gue ajak telpon, tapi waktu itu dia ga masih belum mau karena ada temennya. Awalnya gue kira itu alasan doang buat nolak secara halus, tapi ternyata beneran.

"jam 10 kaliyaa gaenak ini lg brg tmn2"

jam 22.26 baru ternyata kita beneran ngobrol lewat telpon.

Selama telpon itu gue bisa dapet obrolan-obrolan seru, gue bisa denger suaranya lagi setelah terakhir denger suaranya tanggal 22 Desember 2017, dia suka banget ketawa, alhamdulillah gue ga jayus-jayus amat (ga tau lagi kalo ketawanya dipaksain). Obrolan yang awalnya gue bilang "bentar" berujung jadi 1 setengah jam. Di situ gue bisa tau dia gimana kuliahnya, anak kuliahan itu kayak gimana, anak kost-an itu kayak gimana, ngobrolin ulang tentang kakang-mbakyu, tanya keluarganya gimana, berapa bersaudara, ngomongin anjingnya yang abis ilang, ngobrolin soal Pak Jokowi, Pak Ahok, Pak Prabowo Subianto, Jonru, sampe pilpres 2015 kemaren karena dia kuliah ilmu politik. Dan akhirnya tiba di penghujung telepon, gue nyampein apa yang jadi tujuan utama gue nelpon dia.

"Jadi, aku mau bilang. Mmm.. sebenernya. Mmm.. Ya.. aku seneng banget udah ketemu kamu waktu itu. Dari kita pertama kali kenalan itu aku suka banget cara kamu ngebales obrolan itu ga sombong, ga jual mahal, dsb, itu tuh jarang aku temuin.. Tapi.. kenapa ya, kenapa sih, kita ternyata beda keyakinan.. aku udah ketemu sama orang yang aku suka, tapi ga bisa aku dapetin.."

Ga lama setelah itu gue putuskan untuk menyudahi freecall pada malam itu. Tapi sebelumnya, kita ngelakuin hal bego yang dilakuin oleh Raditya Dika, yaitu nutup telpon bareng-bareng

"eh kok ga ditutup, katanya udah?"

"kamu aja deh yang nutupp"

"ya udah deh"

"loh mana??"

"udah sama-sama aja kali ya nutupnya"

"ya udah itung sampe 3 ya 1..2..ti.."

"loh kok masih belum ditutuppp"

 #fixalay

Besoknya gue pamit via chat bukan telpon, pamit balik ke akpol dan bilang kalo bakal dapet cuti lagi nanti nunggu lebaran. Ya, kurang lebih 6 bulan lagi waktu itu.. Ga bisa pegang hp dsb, kecuali pas ada pesiar atau mungkin disela-sela menunggu cuti lebaran dapet IBL seperti yang gue dapet sekarang.

Seperti itulah kisahnya. Awkward sih emang, tapi ya begitulah

Disaat udah bertemu dengan cewe yang gue cari, ternyata masih ada kendala yang ga bisa menyatukan.

Tapi di balik itu semua, at least she has proven that, there are still beauty women with kind hearted.

Karena yang berbahaya adalah ketika sudah ga ada lagi cewe berparas cantik dengan hati yang baik.

Cukup sekian, saatnya melanjutkan tugas~ Share