Laman

Berbagai TIPs, CERITA, CURHAT, semua ada di sini

28 September 2015

2015

Dari judulnya, sebenernya akan lebih make sense kalo ditulis karena untuk nyambut tahun baru 2015 atau karena 2015 udah mau abis.

Tapi ini engga.

2015 harusnya jadi tahun pembuktian setelah tahun-tahun sebelumnya mempersiapkan apapun untuk cita-cita.

Mandi keringat, puluhan kilometer terlewati oleh lari, buku kecapekan dipake, uang berterbangan, jam tidur minim udah terlakoni demi satu tujuan.

Yep, Akpol.

Namun, satu kesalahan sepele apabila Allah yang udah menakdirkan ya.. bisa aja terjadi.

Januari-Februari-Maret-April senang.

Selebihnya...

Mei-Juni-Juli-Agustus ga disangka akan jadi bulan-bulan berat yang pernah dialamin..

Ga pernah nyangka, kalo 2015 akan ngeluarin air mata, sebanyak dan sesering ini, untuk ukuran seorang cowok, yang sebelum-sebelumnya bahkan udah lupa terakhir nangis kapan...

My life becomes more sensitive since that accident.

Kalo boleh jujur, puasa tahun ini adalah bulan kerasa paling berat ngejalaninnya.

Bukan, bukan soal nahan laper, or hausnya. But to keep these eyes dry was the hardest thing that time.

Kena masalah dikit baper.

Cemburu dikit sensitif.

Sedih.

Dan sedihnya pun 'ngakar' kemasalah lain like: why the hell did i fail on my test ?!

Am I that weak if it was making me sad by only seeing your lover wrote down her ex-crush name while chatting with me ?

I almost failed on fasting everyday cause of a thing called 'sedih', and that sedih just would make my tears to came out.

Not to mention what I've done on that holy month but to be honest sedih annoyed me a lot, primarily while I was reading the holy quran. I almost end up with tears every 'it' suddenly appears on my head. (It = gagal tes akpol/cemburu/sedih/dll).

Mereka bilang: semua akan indah pada waktunya.

Yang terjadi: waktu terus berjalan, hal-hal baru berdatangan, seperti...

Mendengar kabar temen lolos jadi taruna (walopun bukan akpol) inginkan ikut senang... tapi... ga bisa boong deh. Ujung-ujungnya malah sedih...

Mendengar kabar teman-teman sudah punya sekolahan while me here, only sleep on my bed and do nothing but checking my phone to see how happy they are...

Mendengar pertanyaan "kamu kuliah mana ?" Yang kalo dijawab salah ga dijawab pun juga salah...

Crying was my unwanted routine job I guess...

Ga liat waktu, ga liat tempat, ga liat kemaren udah ngeluarin air mata banyak banget masa sekarang masih lagi, pokoknya kalo emang pingin nangis, ya nangis.

Abis nganter adek sekolah, perjalanan pulangnya nangis..

Sampe kamar, nangis..

Punya pacar, cuma pingin bisa ketemu aja susah banget. We were like 'LDR in a town' alias sekota tapi ldr. I just don't know why kenapa every of my ajakan selalu.. 'rejected'. Entah sibuk atau ga mau jadi bingung bedainnya.

Dan lagi, sesederhana tawaran ngajak keluar yang ditolak itu cukup untuk ngebasahin pipi, merahin idung, dan bikin mata bengkak.

I wish i could have a ((((real))) relationship...

Masih inget tapi waktu tepatnya ga tau kapan... pernah seminggu berturut-turut sehari minimal pernah nangis sekali.

Ga berarti bangga sih. Justru sangat memalukan. Tapi entah lah kenapa banget jadi harus ngalamin hal menyedihkan gini.

Inginkan kondisi internal dan eksternal berjalan dengan baik.

I have sacrificed my instagram too. I've deleted the aplication, just because I 'can't' upload any photo due to avoid "kamu kuliah di mana" question...

Setiap galau dan terutama sedang masalah, emang sih selalu berani ngorbanin sesuatu. Like beberapa tahun yang lalu putus sama pacar pertama, gak main-main langsung ninggalin twitter biar gak dapet masalah lagi.

And now, instagram be like bringing me into sadness. Just when I saw her liking this/that post, it's enough to make me sad. Just when her friend wrote a sentence about her, I couldn't accept it and again, end with tears.

I hope this sorrowness will end soon.

:')



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar