Laman

Berbagai TIPs, CERITA, CURHAT, semua ada di sini

06 Juli 2016

Thought - Dana Mentah Diapakan?

Sebelumnya, penulis berusaha untuk menekankan bahwa artikel ini tidak ada hubungannya dengan agama atau hal-hal sensitif lain yang sejenis. Keterkaitan-keterkaitan yang mungkin muncul adalah tanpa sengaja dikarenakan tulisan penulis mengambil garis besar yang ada dikehidupan sehari-hari.

So..

Pernah ga sih kita kadang-kadang mikir kalo kita sering melakukan pengumpulan dana untuk mereka yang membutuhkan, seperti orang-orang miskin, para anak yatim piatu, penyandang disabilitas dll. Bahkan pengumpulan dana itu juga ada yang sifatnya konsisten, ada yang diwajibkan pertahun, ada yang tiap hari secara sukarela (mau ngasi atau mau dilewatin gitu aja kotaknya juga boleh), atau juga ada yang lagi niat untuk keperluannya (misal untuk dilancarkan UN, siswa kelas 12 SMA blablabla mengumpulkan dana untuk disumbangkan ke panti asuhan). Intinya sebenernya dana-dana ini hampir (secara konsisten) ada untuk orang-orang yang dianggap tidak mampu/di bawah orang berkecukupan tadi. Tapi pertanyaannya, kok bisa ya masih ada aja orang miskin padahal hampir konsisten loh diberi dana-dana bantuan dari para kaum yang hidupnya berkecukupan/di atas berkecukupan ini yang jumlahnya tidak sedikit untuk mereka?

Masa yang jadi perantara bohong, dananya ga benar-benar disalurkan. Masa dananya diembat sendirian. Atau apa iya dari dana total yang dikumpulkan itu, si pengumpul dana dapet jatah juga bahkan  jatahnya lebih banyak daripada yang mau disumbangkan?..

Well, di luar suudzon-suudzon tadi, ada yang lebih baik kita lakukan, yaitu, dalam beberapa aspek kita harus mulai mengubah mindset kita yang selama ini menganggap kalo dana mentah itu lebih baik dikasih langsung ke orang lain.

Menurut saya, gagasan memberi dana secara langsung dan mentahan itu adalah gagasan yang tidak punya pemikiran panjang. Mereka hanya memanfaatkan pandangan orang-orang tidak mampu yang akan menganggap kalo itu (dana mentah yang diberi langsung) adalah bentuk keperhatianan, padahal mereka (mostly) ga sadar, kalo itu hanyalah pemuas sementara saja.

Kan kita sering tuh denger, ketika pemerintah punya dana banyak, niatnya dana tersebut dibuat untuk bangun ini bangun itu, tapi kemudian pihak oposisi memunculkan kalimat "Rakyat masih banyak yang miskin, Pak. Daripada dananya buat ini itu, mendingan buat menyejahterakan mereka aja."

Padahal menyejahterakan orang itu apa ya melulu dengan diberi uang langsung?

Kadang kita juga harus menerapkan "susah-susah dahulu senang-senang kemudian" di negara ini, bukan hanya di individu masing-masing. Maksud ane adalah, ketika ada kebijakan pemerintah yang memberatkan, seperti harga bbm naik, itu jangan langsung dipandang sebuah kegagalan, tapi ingat kalimat yang ane kutip tadi, iya, itu merupakan proses bersusah-susah dulu, dan inshaAllah ke depannya akan terasa senangnya.

Ambil positifnya aja lah, dengan harga bbm naik, kita terpaksa berhemat, dengan hemat berkendara, polusi berkurang, atau mungkin kepadatan di jalan berkurang. Ya tapi memang, ada beberapa hal yang masih tidak dapat dihindari, contohnya panas lingkungan, mau ga ada kendaraan juga kalo siang tetep panas Indonesia..

Nah, kalo kita ga mau ikut bersusah-susah bersama demi kemajuan negeri ini, ya udah gampang, berarti kita masih banyak yang apatis, dan lebih parahnya, siklus menyedihkan Indonesia akan terus seperti ini seterusnya...

Share

09 Juni 2016

Standar Ganda

Standar ganda adalah ukuran standar penilaian yang dikenakan secara tidak sama kepada subjek yang berbeda dalam suatu kejadian serupa yang terkesan tidak adil.
-Wikipedia

Double standards: only bad when they apply to me
-Tulisan di kaos nemu di Google

Standar ganda = munafik
-Nemu disalah satu Wordpress

Ketika orang lain boleh, saya engga, orang lain dibiarin, saya disalahin, orang lain diwajarin, saya dibenciin.
-Curhat penulis

SMA kelas 12 kemaren pernah ngerasain jadi korban standar ganda dari beberapa temen. Kita semua tau kelas 12 isinya udah beda bukan lagi main-main kayak kelas 11, bukan lagi adaptasi sama lingkungan baru pas kelas 10, kelas 12 udah lebih mikirin ke sekolah selanjutnya alias (umumnya) kuliah, atau beberapa ada yang ke sekolah kedinasan. Buat ke perguruan tinggi negeri (PTN) bisa lewat tiga jalur: SNMPTN, SBMPTN dan mandiri. Nah anehnya, di jalur SNMPTN ini sering banget distandargandakan sama beberapa orang.

Contohnya nih (contoh doang ya), ada salah satu murid yang dari awal terkenal pingin jadi pilot. Gegara kepinginannya (jadi pilot) itu, hak dia untuk daftar sekolah ini dan itu (universitas, institut, dll) kayak didiskriminasi sama temen-temennya. Dia (kata temen-temennya) ga berhak daftar SNMPTN dengan alasan karena akan ngambil jatah orang lain yang lebih berhak (kalo dia keterima). Dia akan ngabis-ngabisin kuota (kalo dia keterima).

Jujur, itu sangat-sangatlah memuakkan.

Come on guys, be respectful to others rights.

Yang namanya daftar sekolah itu hak tiap orang. Jangan lu halang-halangin.

"Dia kan ga niat buat daftar di situ, dia daftar SNMPTN cuma buat cadangan kalo pilot nya ga keterima."

Oke, kalo itu yang jadi alasan kalian, faktanya:

Setelah setahun nganggur ini (ga kuliah ga apa), ternyata saya jadi bisa liat kalo sesungguhnya kita ini hidup penuh dengan menguji nasib. Buktinya, temen-temen yang udah daftar SBMPTN, mereka beberapa ada yang jaga-jaga daftar mandiri juga. Lah, sekarang bedanya apa? Kalian bilang ke kita, para pendaftar sekolah kedinasan, kita ga boleh ikut daftar kuliah kalo alasannya cuma buat jaga-jaga sekolah kedinasannya ga keterima. Anehnya.. justru kalian yang malah melakukan hal yang kalian larang tadi.

Tahun 2016 ini SBMPTN nya tanggal 31 Mei 2016, terus beberapa hari setelahnya ada mandiri UGM (Utul UGM). Sekarang gini aja, kalo emang ga boleh ngambil jatah orang lain, ga boleh hak orang lain diambil, seharusnya kalo udah daftar SBMPTN (*misal pilihannya: ITS, Unair) berarti itu doang yang kalian boleh lakukan, ga boleh kalian ikut-ikut ngambil jatah orang yang udah siap-siap buat masuk UGM lewat utul UGM, atau masuk UI lewat simak UI. Lagian kalian daftar mandiri tujuannya apa? Jaga-jaga kalo SBMPTN nya ga keterima? Sama kan kayak yang daftar sekolah kedinasan, mau daftar SNMPTN pasti karena buat cadangan kalo sekolah kedinasannya ga keterima.

Intinya ada standar ganda di sini. Banyak dari kita yang butuh kesadaran akan hal ini. Orang Indonesia mungkin memang masih kurang dalam hal respecting atau menghormati hak orang lain. Kita masih terlalu egois. Sebenernya sedih juga karena standar ganda ini keluarnya ada dari beberapa orang-orang yang terkenal kalo ngomong intelek dan keliatan bijak. Seharusnya punya kelebihan "keliatan intelek dan bijak" itu diimbangi dengan ilmu yang memadai, supaya yang keluar bukan statement yang menyesatkan. Karena kalian yang jago ngomong intelek dan keliatan bijak itu punya daya tarik yang tinggi di mata orang lain, betul? Buktinya banyak orang yang main setuju-setuju aja ketika orang-orang itu udah ngomong.

Oke guys, semoga setelah ini kita bisa hapuskan standar ganda standar ganda yang ada di hidup ini. Adil, bijaksana, dan cerdas.

See ya ✋~

Share

01 Juni 2016

Terkenal atau Dikenal?

Dua kata yang punya arti sama atau beda?

Kalo dipikir secara umum mungkin sama. Karena dari sudut pandang umum, kita bakal mikir 'terkenal' sama 'dikenal' itu adalah kondisi di mana orang/orang-orang lain tau kita.

Tapi dari sudut pandang spesifik dan pendapat pribadi... totally different.

I've been in both sides. #curhatdimulai #edisigeer #soksokan

..according to me, ketika lu ngerasa terkenal, it leads you to a wreckness, sedangkan kalo lo ngerasa dikenal, berarti gampangannya anda masih ada di zona aman.

#aduhsusahjelasinnya

Dengan kata lain: terkenal is the negative side, hence, dikenal is the positive side (IMO).

Terkenal itu enak, karena seengganya kita punya rasa bangga orang-orang tau kita. Tapi ternyata enaknya terkenal itu sepaket sama ga enak. Karena.. dengan orang-orang tau kita, itu juga berarti kita harus siap dengan tekanan yang akan datang ke kita.

"Terkenal" itu juga identik dengan banyak orang (yang tau kita). Beda dengan "dikenal", yang lebih identik dengan jumlah sedikit atau beberapa orang aja yang tau kita.

"Terkenal" itu ga bebas. Semakin banyak jumlah orang yang tau = semakin sedikit ruang untuk bergerak (teori dari mana inii).

"Terkenal" itu menuntut untuk selalu baik, padahal manusia ga ada yang sempurna. Kok bisa menuntut untuk selalu baik? Ya bisa. Kalo kita keliatan memalukan dalam keadaan terkenal, adanya jadi bahan omongan. Elu terkenal sesekolah ternyata dapet nem jelek apa ga malu. Elu terkenal sesekolahan ga dapet jalur undangan, siap-siap diomongin kalo lo famous tapi bego. Elu terkenal sesekolahan ga dapet sekolah selanjutnya yang bagus, siap-siap keterkenalan tadi hanyalah bullsh*t.

I'd rather be a 'dikenal person' instead of 'terkenal person'. Kalo bisa diliat, saya "udah berhasil" menjadi dikenal person, atau mungkin malah ga pake kata 'dikenal' alias ordinary person aja. Yap, saya ga terkenal, dikenal juga ga seberapa, I am an ordinary guy now (for me).

Dan alhamdulillah hidup ini jadi ga penuh pressures yang ga seberapa penting. Mungkin pressure ada tapi itupun karena memang seharusnya ada. Now I don't have to be afraid of something. I don't need to compete to the others. Saya emang sempet kehilangan kepercayaan diri, alias jadi minder, itu saat tahun lalu memutuskan ga melanjutkan sekolah entah itu kuliah atau sekolah apa setelah lulus SMA karena ingin mempersiapkan Akpol tahun depannya setelah tahun 2015 kemarin gagal. Keminderan itu ya berupa bertemu dengan teman-teman yang sudah berstatus punya sekolah baru, tapi untungnya dengan ga terlalu mem-publish-kan diri saat SMA, mungkin hanya beberapa aja yang wondering saya ke mana abis lulus, alias tekanan-tekanan itu berkurang jika dibandingkan dengan diri saya yang dulu. #geer

Well bahasa saya memang membingungkan, terlalu banyak hal tersirat yang membuat kalian harus berpikir maksud dari tulisan tersebut. #eheheheh

So that was my opinion about the difference between terkenal and dikenal. Thank you so much for whoever reading thiss. ✌

Share

Social Media

Some of my friends wondering, kenapa saya ga punya path, ga bikin sc (snapchat), ga buat socmed-socmed yang lagi booming??

Ga ngerti cara makenya? Ndeso???

Basically ini soal pengalaman aja sih.

Jadi tahun-tahun 2009 ke atas kita dikenalkan sama kalimat "social media", yang mungkin munculnya karena adanya Facebook (Friendster duluan sih tapi ga se-hits Facebook). Kemudian masuk tahun 2010 ke atas, kepopularitasannya sempet diambil sama socmed baru yang ga kalah asik, Twitter. Saya salah satu orang yang tahun 2010-2011an beralih dari Facebook ke Twitter, #curhat. Terakhir ditahun (ga tau tahun berapa, mungkin 2013an ke atas baru booming) orang-orang pindah lagi ke socmed baru, namanya path.

Jadi kira-kira fase orang Indonesia dalam ber-socmed adalah Facebook--Twitter--Path. #SampekNgertiYa #wkwkwk

Terus ada lagi yang lucu, di antara perpindah fase-fase itu, remaja Indonesia sempat menyelipi dengan ngejudge ngejudge anak ini alay anak itu alay. Contohnya:
●Anak Fb barusan pindah ke Twitter: anjir alay banget anak facebook statusnya panjang-panjang pake nomor lagi tulisannya
●Anak Twitter pindah ke Path: hari gini masih buka Twitter ama Facebook ndeso amatt ga update luh. (padahal apa yang di-update di Path di-share juga ke Twitter...)
●Anak Facebook yang udah lama di facebook (jadi bijak-bijak sendiri karena yang alay udah tobat dan diganti dengan orang-orang tua): yaelah, kenapa sih orang Indonesia ini, ada socmed baru harus bikin, ada socmed itu harus bikin, terus bangga lagi cuma bagian make doang tapi pake ngejek-ngejek socmed lain alay...

*true story???*

Jadi gini, sebenernya apapun social medianya, yang penting itu kitanya make itu buat apa. Kalo orang normal sih make social media ya buat dapetin info. Nah, di Facebook yang katanya alay itu ga sepenuhnya alay kok, kita bisa ngelike page-page dengan post-post berkualitas yang bisa bikin beranda/timeline kita update info yang kita pinginin. Lagipula.. ketika orang Indonesia sibuk nge-highclass-kan diri dengan ngomong fb alay, ternyata di negara-negara maju, masyarakatnya pada masih mainan facebook, mereka ga asal semua social media harus punya,karena bagi mereka: producing>>>consuming...

Ohiya, Twitter juga sama, bisa kok ngeunfoll akun-akun mati alias udah ga ngetweet, dan diganti dengan ngefollow akun-akun dengan tweet-tweet seru + informatif, supaya TL-nya asik diliat walopun kitanya udah ga ada hasrat ngetweet apa-apa lagi. Bisa juga yang suka bola ngefollow akun klub kesayangannya atau akun fanbase-fanbase bola buat dapetin info seputar klub tersebut.

Itulah alasan kenapa memutuskan ga buat Path. Karena Facebook dan Twitter sebenernya udah cukup kok buat dapetin info-info itu. Ya memang sih (secara umum) Path fitur nya ga sama persis kayak Fb/Twitter, karena dia bisa bikin orang lain tau kita lagi dengerin lagu apa, kita lagi nonton film apa, sama siapa, kita lagi di mana, kita abis ngapain, dsb.

Tapi ya ngapain?

Beberapa waktu ini orang Indonesia dihadapkan dengan satu kata yang udah ga baru tapi barusan ini hits yaitu "Pencitraan". Ya, everyone hates it, pencitraan artinya negatif, kalo diartiin kasarannya adalah orang yang sok-sokan nunjukin kegiatan baik di depan orang-orang.

Lucunya..

Orang Indonesia benci pencitraan, tapi kelakuannya juga pada pencitraan. Di Path kenyataannya yang ditunjukin yang bagus-bagus doang, mana ada orang abis nonton bokep terus update 'watching blabla.3gp', pasti yang ditunjukin model-model nyetel lagu keren (bagi mereka keren), update abis nonton ama pacar (nonton ama selingkuhan ga di-update..), update check-in di hotel, di airport, tapi pas lagi boker di wc ga di-update...

Terus tadi di awal-awal sempet ngomong "pengalaman". Nah yang dimaksud pengalaman sendiri adalah pengalaman selama menggunakan facebook dan twitter. Both are addicting banget, akibatnya bikin ga bisa lepas, wasting time juga, dan itu semua ga baik. Akhirnya ya udah, karena ga mau bikin kesalahan yang sama, jadi ga buat path.

Based on the experience, yang namanya waktu lagi dibuat ketagihan sama twitter itu, I was like.... abis gini gitu harus dibuat tweet. Abis ngeliat sesuatu di jalan pas pulang sekolah, sampe rumah harus nyeritain itu. Abis pengalaman ini nge-tweet, itu nge-tweet, semua deh pokoknya abis ngapain aja langsung selanjutnya kepikiran buat di-tweet. Alhamdulillah untungnya waktu itu sempet kayak galau abis dapet masalah (waktu SMP) dan gara-gara masalah itu jadi ga mau buka twitter lagi sampe akhirnya sebelum lulus SMP baru dibuka lagi. Berkat itu rasa ketagihan sama nge-tweet ilang, sekarang abis apa-apa ga ada kepikiran selanjutnya nge-tweet. Jadi ga ketergantungan. #parah

Jadi itu semua adalah alasan atas pertanyaan-pertanyaan dari beberapa temen-temen sekalian. Maafkan juga kalo mungkin kadang menyulitkan kalian pas lagi pingin nge-tag nama jadi ga bisa karena ga punya akun nya jadi kalian harus nulis manual. #geerabis

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat kita semua karena sesungguhnya ini bener-bener bukan bermaksud yang engga-engga, bukan buat sarcasm, bukan lagi hate-speech ke socmed tertentu, hanya untuk penjelasan alasan dan pemikiran aja sebenarnya.

Ohiya terakhir, sampe detik ini dengan ga punya path masih bisa idup kok (bukannya persuading loh..), dalam arti ga ketinggalan berita apa-apa, karena pada dasarnya, semua socmed gunanya sama, untuk mendapat info seputar aktivitas sosial di luar sana.

Thank you !

Share

26 Mei 2016

Lesson In Life #1

Ada beberapa hal yang kita alamin, dan kadang hal itu meninggalkan sesuatu, sehingga membuat kita ngerasa kalo kita lagi dikasih pesan/kesan dari hal tersebut.

Contohnya aja kemarin.

Ya ngga kemarin banget sih, lebih tepatnya udah beberapa hari yang lalu.

Waktu itu lagi dalam keadaan tes akpol. Ya, alhamdulillah masalah tahun lalu (digugurin gara-gara domisili nya belum ada setahun) udah ga jadi problem. Jadi alhamdulillah sejauh ini udah bisa ngerasain tiga tes (pemeriksaan administrasi, tes kesehatan, psikotest) walaupun saya tau, ini masih sangattt-sangatlah jauh..

Sebenernya artikel ini gak terlalu berhubungan sama tes akpol, cuma, karena waktu itu ngerasain 'hal'nya pas lagi tes akpol, jadi ya di-include-in sekalian.

Kejadiannya itu waktu tes kesehatan. Tes kesehatan ini memakan waktu kira-kira dari pagi sampe sore. Pagi-siang untuk tes, siang-sore nunggu pengumuman, sore nya pengumuman.

Btw, kemajuan teknologi zaman sekarang bener-bener berefek ke apapun. Sebagai perbandingan, zaman bokap dulu ikut tes beginian katanya serba ketat, apalagi dulu kan masih digabung jadi ABRI. Tapi bukan bermaksud bilang sekarang tes nya ga ketat, lebih tepatnya, tes sekarang itu malah lebih terbuka (transparan). Artinya, selain kita (para pendaftar) benda mati pun bisa jadi witness/saksi. Kalian bisa ngefoto hasil pengumuman yang ditampilkan di layar, atau bahkan ngevideo. Secara ga langsung teknologi ini ngebantu dan berefek banget. Kalo di foto kita ada nama pendaftar yang dinyatakan sudah gugur tapi ternyata secara ajaib bisa muncul di tes berikutnya, berarti...

Oke stop untuk basa-basi nya. Bener-bener udah ga nyambung sama apa yang mau saya utarakan.
.
.
.
Waktu kita nunggu pengumuman hasil itu, jujur, deg-degan nya bukan main. Entah kenapa kok bener-bener nakutin banget karena tes ini itu modelnya kayak kita nyerahin diri ke penguji, contoh penguji gigi, kita dicek giginya, kemudian setelah selesai udah, lanjut pindah ke tempat cek lain kayak cek mata, cek tht, cek fisik, dsb. Setelah itu semua kita jalani, we were like...... pasrah nunggu pengumuman. Ya setelah selesai tes sih mungkin bisa lah lega-lega dikit. Tapi detik-detik menjelang pengumuman itu... you guys already know that (deg-degan menjelang ngeliat pengumuman hasil) feel.

Tadi sempet ngebahas teknologi sebenernya ada maksudnya ama artikel ini.

Menjelang pengumuman itu kita kayak dibarisin di dalem gedung, yang nomor awal di depan. Gue, eh saya, dapet nomor 0007, alias baris di barisan yang depan.

Setelah rapi kita didudukin, maksudnya dibuat duduk/disuruh duduk sambil nunggu namanya dipanggil + disebut nilainya + lolos/engganya. Normalnya waktu itu adalah waktu kita lagi deg-degannya. Sama seperti saya, saya juga deg-degan, tapi untuk berusaha menenangkan pikiran, ya udah coba buka-buka hp deh..

Fyi, ini yang saya bilang tadi kemajuan teknologi sangat berefek ke apapun, bahkan saat tes resmi kayak gini kita bisa ngurangin gugup, stres, dengan teknologi. Untungnya juga panitia nya update dalam arti kita mainan hp ga dimarahin ga diapain, padahal mungkin zaman bokap dulu kalo ada yang begitu bisa dimarahin 😨. (btw zaman bokap udah ada hp belum sih)...

Dan melalui buka hp itu, akhirnya saya dapet suatu hal yang sampe bikin ngerasa kalo ini perlu disampein di artikel (padahal ga penting-penting amat).

Tahun 2016 ini, chat messenger yang lagi umum dipake orang Indo adalah LINE. Yak, via LINE, gue, eh saya, bisa ngeliat temen-temen sedang apa disaat yang di sini lagi deg-degan.. apa mereka juga lagi berjuang seperti 900an orang yang ada di gedung bersama saya ini.. atau lagi sibuk pasang dp ama pacarnya.. atau lagi sibuk ngelike-in (sembari dikeliatanin di tl) oa oa yang share foto hasil copas-an..

Yang saya dapet adalah, salah satu grup yang saya ikutin, temen-temen disalah satu grup lagi ngerencanain jalan-jalan ke sini situ kongkow ke sana ke sini.

Engga, emang sih ga ada yang salah.. tapi..

Waktu itu kayak gimana ya rasanya... Ternyata, disaat ada orang yang lagi berjuang demi masa depannya, di waktu yang sama kita bisa nemu ada orang-orang lain yang sedang bersenang-senang...

Bersenang-senang itu ngga salah kok, cuman ngeliatnya itu... "ternyata begini, ya"......

Ini bisa kita jadikan suatu pelajaran hidup, di mana, kita sebagai manusia boleh seneng, tapi selalu ingat, di luar sana pasti ada yang lagi sedih, ngerasa gelisah, berjuang dll.

So, ya.. melalui tulisan tadi saya harap sih muncul kesadaran dari masing-masing untuk mengurangi yang namanya show off lah, euforia yang berlebihan lah, yang bangga upload foto ama pacar di social media entah di ig, di dp line, atau di mana itu lah. Karena apa, ternyata bisa aja disaat yang sama kalian sedang melakukan itu, ada orang lain yang lagi belajar persiapan untuk sbmptn, lagi berjuang ikut tes, mempersiapkan masa depan yang lebih baik, dll....

Jadi,

still proud of it (?)...

Share

18 Mei 2016

Thought - Jualan

YAK !

Setelah memutuskan untuk membuka lagi blog yang abis lama di-protect ini, ternyataaaaa.... malah ga tau juga mau nge-post apa...

Ehmm mungkin kalo jaman dulu diisi sama cerita keseharian, nah kalo sekarang kayaknya bakal diisi dengan sesuatu yang macem-macem sesuai dengan nama blog ini (gado-gado).

Pada tulisan kali ini akan diisi dengan tulisan berisi pendapat. Yap, pendapat/tanggapan saya sekarang ini mengenai jualan-jualan.

Sebelumnya tulisan ini bukan untuk menggurui, tapi untuk memberi gambaran, apa sih yang ada di pikiran pembeli ?

Contohnya saya. Kalo masalah beli-beli barang, jujur saya pasti maunya ya yang berkualitas dong. Ini bukan masalah sombong, high class, atau apa, cuma kan lebih baik beli mahal/sedeng-sedengan aja harganya tapi awet barangnya, daripada murah terus dipake 3-4 hari jebol. Namun apakah barang mahal selalu jadi prioritas ? Engga.

Selain kualitas tadi, kalo saya sebenernya tergantung si penjual pinter-pinteran ngejual barangnya aja. Dalam arti, daya tarik dia mencari pembeli itu gimana. Kadang, walopun ada dua barang yang sama, tapi di tempat A dijual lebih mahal daripada di tempat B, namun di tempat A orangnya ramah banget, sedangkan di tempat B orangnya cuek apatis kurang sopan yang penting dagangannya lebih laku. Kalo disuruh milih, saya lebih suka ke tempat A.

Entah kenapa, keramahan itu jadi nilai plus tersendiri bagi saya buat orang-orang yang berdagang ini. Sesederhana mengucapkan 'makasih yaa mas' atau membalas terimakasih kita dengan jawaban yang feel excited 'iyaa sama-sama terimakasih mas :)' itu bisa bikin saya pingin balik lagi besoknya.

Contohnya beli jus di tempat A dan tempat B. Walopun sama-sama jus jambu, tapi saya lebih suka beli di orang yang ramah, yang sifatnya ga 'bossy' kalo dilihat. Kan banyak tuh, pedagang tapi ga ada ramah-ramahnya sama sekali, mungkin sibuk karena kebanyakan pelanggan atau apa sampe yang dilayanin sekedar 'anda beli apa, saya beri yang anda beli, kemudian anda bayar ke saya'

Ke depannya, semoga Indonesia bisa benar-benar mewujudkan sikap 'ramah' dan 'profesional' dalam bekerja, khususnya kerja yang membutuhkan interaksi langsung dengan orang lain. Mungkin itu pedagang, tukang tiket di loket, pak polisi, tukang parkir dan pekerjaan lainnya. Pasti enak kan kalo dalam percakapan kondusif, otomatis hati senang, Indonesia akan terlihat maju karena diisi orang dengan sikap profesionalisme tinggi.

:)

Share

14 April 2016

2016...

AYAYAYAY !!!

DANNN..... akhirnya kembali menulis setelah sekian lama mem-vakum kan diri, setelah lama mem-protect blog ini, setelah lama melewati masa-masa sulit (sampe sekarang sebenernya juga belum keluar dari masa-masa sulit sih..).

Mmm terakhir blog ini dibuka kapan ya.. sampe lupa. Dan karena ada suatu alasan, akhirnya blog ini harus diprotect.

Alasan apa sih ? Alasannya sederhana: malu. 😂

Yes, malu. Malu karena... malu diliatin bahasanya sama orang. Ternyata lucu juga sih kalo blog yang isinya 'gue lo gue lo' ini dibaca ama temen yang dari Surabaya. Ya kayak canggung aja gitu pasti ngeliat temennya nulis di blog pake 'gue lo gue lo'. Iya ngga, iya ngga ?!

Tapi kemaren sempet ngeliat anak Presiden punya blog, iya Kaesang, dia juga punya bikin blog dan isinya itu semacam daily life nya dia dengan genre komedi pake 'gue lo gue lo' juga. Padahal kalo di Youtube dia ngomong pake 'aku'. Oke so, kalo gitu mulai sekarang juga harus memberanikan diri menunjukkan post-post lama kepada mereka yang bakal baru baca ini blog.. #emangsiapayangmaubacayak...

Jadi per tanggal 14 April 2016, blog ini resmi dibuka kembali. Yeyyyyyy
.
.
.
Tepuk tangan dong...

Pertama-tama untuk memulainya akan ada beberapa pemberitahuan, yaituuuuu, karena ini seperti 'reborn' jadi pingin dibuat agak berbeda aja. Mungkin sekarang udah ga pake 'gue lo gue lo' lagi, jadi sekarang pake 'saya' atau 'aku' supaya lebih luwes nulisnya 😂. Terus genre nya apakah masih komedi ? Mmm sebenernya ga yakin juga sih post-post sebelum ini itu genre nya komedi. Kayaknya lebih tepat kalo dibilang genre gado-gado alias campuran. Kadang sok-sokan ngelucu, kadang sedih, kadang curhat, kadang flashback.... #ea

Terus.... post perdana setelah lama vakum ini akan diisi dengan...... beberapa momen selama nganggur setelah lulus SMA sampe setahun berikutnya (sekarang).

Jadi kembali lagi, alasan setelah lulus SMA ga ngelanjutin kuliah/kerja adalah yang paling utama karena dibuat persiapan daftar Akpol. Tapi pastinya berat sih ngerasain status pengangguran itu.

Let me tell you a brief story about my nganggur moments.

Di post sebelum ini udah sempet sih ditulisin, gimana rasanya setelah kemaren abis gagal akpol. Jadi bulan-bulan mei-juni-juli-agustus-september-oktober itu kayaknya berat banget. Beratnya karena di tiap bulan itu selalu sempet ngeluarin air mata (alias nangis 😭). Tapi spesialnya, di bulan kelahiran (September) sama sekali ga pernah keluar air mata. Kenapa sih cengeng banget ? Yah gimana ya, sakit aja gitu loh ngerasain gagal, apalagi gagal saya ini ga biasa. Masa belum tes apa-apa udah gagal ? Kenapa saya bilang itu gagal yang ga biasa ? Ya iyalah ga biasa, rasa sakitnya itu 2x lipat jujur aja, soalnya kita ditanya gagal aja udah sakit apa lagi ditanya gagalnya di mana jawabnya harus jawab begitu (jawab: saya gagal di administrasi...).

Tapi perlahan-lahan rasa sakit itu ilang. Ada banyak temen yang bisa ngilangin rasa sakit itu secara sementara. Kalo les pelajaran ketemu temen-temen pasti bercanda jadi lupa sedihnya. Entar sorenya daripada stres ngurung diri di rumah, latihan lari aja di lapangan ketemu temen-temen lagi. Alhamdulillah juga hubungan di lapangan kali ini makin harmonis karena temen-temennya sekarang pada seangkatan sama saya, kalo dulu kan temen-temen di lapangan kan kakak kelas semua tuh. Karena keharmonisan, kecocokan, kesamaan itu latihannya jadi makin enak. Terbukti, ternyata sebelum berangkat umroh dites jasmani sama pelatih. Waktu itu tes nya 3200 meter (8 keliling lapangan 400m), dan alhamdulillah dapet urutan 2 dengan waktu 13 menit 4 detik. Padahal dari dulu kalo tes 12 menit (minimal 6), itu dapetnya ya cuma 6, kalo ga ya lebih dikit. Tapi ini 8 kelililing bisa 13 menit. Alhamdulillah deh.

Abis itu saya sekeluarga alhamdulillah jadi berangkat ke tanah suci, di sana ibadah 10 harian. Alhamdulillah bisa ngerasain nikmat nya tanah suci. Di sana pokoknya selalu memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Memanfaatkan tempat-tempat yang katanya bagus buat berdoa (ya sebenernya semuanya juga bagus, cuma kan ada beberapa yang khusus seperti roudoh, atau di bawah air mancur ka'bah, atau di mana gitu).

Setelah itu pulang dengan kepala plontos, dan lusanya kembali latian jasmani ke lapangan. Ga nyangka, temen-temen kayak nyambut saya, jadi kayak 'eh itu raja, oh iya wahhhh pak haji' 😂😂. Seneng banget lah pokoknya punya temen-temen baik begini 😁.

Masuk tahun 2016 ini makin serius. Pelajaran matematika target harus khatam tiap bab nya. Entah itu bab eksponen, logaritma, limit, dimensi tiga, peluang, statistika, integral, diferensial, apapun deh semoga bisa paham dan bisa ngerjain soalnya dengan benar. Karena belajar dari pengalaman temen, katanya soal Bahasa Indonesia sama Matematika itu 100 soal sendiri, sedangkan mapel lain seperti fisika, kimia, biologi, pkn, sejarah, ya pokoknya yang berbau pengetahuan umum begitu disatukan jadi 100 soal (mungkin per mapel dapet 13-15 nomor).

Ya kurang lebih 2016 ya begini ini lah. Mungkin perbedaannya dengan yang kemaren..... beda banget deh kayaknya (hehe). I don't know, i just feel... maturer (? Smarter (? And understand more.

Maturer/lebih dewasa, mmm bisa ngerasa lebih dewasa itu karena sekarang saya ke mana-mana lebih prefer ngerjain sendiri daripada dilayanin. Kayak bayar pajak stnk, ke sini, ke situ, ketemu bapak-bapak, ngobrol ama mereka, dan alhamdulillah ternyata saya brave enough gitu, padahal dulu saya pemalu banget, walaupun gitu memang tetap saya ga terlalu pandai ngomong.

Kedua smarter. Smarter kayaknya bukan yang gimana sih, ya karena setahun ini kan nganggur jadi lebih bisa punya banyak kesempatan belajar gitu, karena kemaren belajar belajar belajar terus akhirnya sampe ngerasa kayak bisa ngajar anak SMA (alah gaya amat yakkk). Ya bukan ngajar semua sih, ngajar yang saya bisa doang wkwkwk.

Ketiga yaitu understand more. Understand more itu dari segi banyak hal, terutama hal yang dulu-dulu ga sempat saya pahami karena dipaksa mem-forsir otak kiri oleh sekolah (alias yang pahamin ya terpaksa rumus-rumus ini, biasa, tuntutan nilai...). Yaitu contohnya hal memahami pemerintahan Indonesia. Alhamdulillah akhirnya dengan waktu luang ini saya jadi tau mana yang busuk, mana yang tulus. Akhirnya saya bisa menentukan jalan saya sendiri mau mendukung ini apa tidak mendukung itu. Bukan sekedar ikutan ortu alias kalo ortu dukung si A saya ikutan dukung si A. Dan saya jadi semakin cinta Indonesia dan benar-benar ingin memberikan 100% saya untuk Indonesia 😊.

Ya kurang lebih itu sih beda tahun lalu sama tahun sekarang. Tahun sekarang ngurus ini itu sendiri, legalisasi ktp sendiri, akta kelahiran sendiri, terus legalisasi ijazah+skhun sd smp sma lagi, surat keterangan bebas narkoba dll. Ternyata enak gitu, ada rasa kepuasan tersendiri kalo udah nyelesai in itu semua dan nyelesai innya itu mandiri. #wkwkwk

Oke jadi mungkin itu aja yang bisa ditulis sekarang. Tanggal 30 april 2016 adalah penutupan pendaftaran Akpol. Ye, jadi sekarang emang udah masuk tanggal-tanggal pendaftaran. So wish me luck ! Semoga bisa mencapai cita-cita di tahun ini. Aamiin o:)

Share